Soal "Jangan Berhenti"
Sumber: unsplash.com |
Pernah merasakan apa apa yang kita punya dan banggakan tiba-tiba lepas satu per satu? Saya baru saja, sekitar tiga minggu lalu.
Pandemi ini berdampak hampir pada semua orang, saya tidak terkecuali. Awal Juli saya diberikan kabar kalau proyek sampingan sementara harus berhenti dulu, karena bisnis utama klien saya sedang terdampak.
Belum selesai, berjarak satu dua minggu kemudian, kabar lebih besar datang. Kantor tempat saya bekerja tidak sanggup memperpanjang kontrak saya, dengan alasan yang tidak jauh beda dari di atas.
Kehilangan proyek sampingan masih bisa saya usahakan dengan memanfaatkan berbagai jalur platform online yang saya punya. Tapi kalau pekerjaan utama, sudah pasti saya harus mengulang proses rekrutmen di perusahaan lain lagi.
Di awal, begitu mendapatkan kabar besar tersebut, terutama soal pekerjaan utama, pikiran coba saya atur supaya tidak memikirkan apapun soal pekerjaan saya, apa yang sudah saya capai, atau apa yang akan terjadi nanti. Saya pilih langsung ceritakan ke keluarga. Mereka berhak tahu.
Saya memang yang mengalami dan mendapatkan kabar-kabar tersebut secara langsung, tapi ternyata terasa lebih berat ketika harus melihat wajah keluarga yang sedih melihat kesusahan dan kepayahan saya. Syukurlah mereka mengerti kondisinya memang sedang berat, di mana pun, dan saya pun mendapatkan dukungan yang saya perlukan untuk "memulai" lagi.
Ada jarak sekitar dua minggu dari kabar tersebut, sampai hari terakhir saya bekerja di kantor. Dan dalam jarak waktu tersebut, saya kembali ke momen tiga tahun tiga bulan yang lalu. Momen saat meninggalkan pekerjaan lama, dan mulai mencoba peruntungan di berbagai perusahaan lainnya. Sebanyak mungkin lamaran saya sebar.
Dalam jarak waktu tersebut juga, saya tidak bisa menyembunyikan apa yang saya rasakan di depan keluarga. Berbagai kekhwatiran muncul, berbagai kemungkinan saya diskusikan.
Dalam berbagai proses rekrutmen, saya lakukan terbaik yang saya pernah bisa lakukan. Setiap selesai menjalankan proses tersebut, doa sederhana saya ucapkan. Saya meminta untuk dibukakan "jalan". Sisanya, biar saya jalani.
●●●
Tepat berjarak dua hari sejak hari terakhir saya bekerja di kantor, saya mendapatkan kabar bahwa saya diterima bekerja di salah satu perusahaan yang saya ikuti proses rekrutmennya sebelumnya. Ditambah lagi, saya mengisi posisi yang memang sudah saya inginkan.
Dan seperti saat mendapat kabar berhenti kerja, saya juga ceritakan kabar mendapat kerja ini ke keluarga. Rasa bersyukur tidak henti-hentinya kami sekeluarga ucapkan. Keadaan perlahan pulih dan membaik.
●●●
Ada beberapa hal yang saya pelajari dan semakin menguatkan keyakinan saya tentang beberapa hal juga, dari kejadian ini.
1. Yang Kita Sombongkan, Bisa Lepas Entah Kapan
Pekerjaan, kenyamanan, status, rencana, dan apapun yang membuat merasa kita lebih tinggi, lebih baik dari orang lain, semua bisa lepas bahkan dalam waktu sesingkat mungkin. Saya sudah berniat, tidak mau terpikir sedikitpun bahwa saya lebih tinggi dan lebih baik dari orang lain, bahkan jika saya diberikan semua kenyamanan.
Dan jika sampai terpikirkan, maka saya akan mengingat bulan Juli tahun 2020.
2. Usaha Pol-polan, Hasilnya Belum Tentu yang Kita Inginkan
Saya mengutip dari Habib Husein Ja'far di salah satu videonya. Beliau menyebutkan bahwa, hitung-hitungan kita manusia, tidak sama dengan hitung-hitungan Gusti Allah Yang Maha Kuasa. Dengan melakukan semua usaha terbaik, belum tentu hasilnya adalah yang kita harapkan. Kadang malah hasil sebaliknya yang didapatkan.
Tapi justru hasil sebaliknya itu yang terbaik menurut Gusti Allah, yang baru kita paham di kemudian hari. Digantikan dengan pekerjaan baru misalnya di kasus saya. Saya pun mengira di awal bahwa semua yang saya alami dalam waktu dekat tersebut adalah kesialan. Tapi begitu satu per satu jalan kembali terbuka, terbuka juga lah pemikiran saya kalau ternyata semua ini berujung pada keberuntungan.
3. Jangan Berhenti
Bersikap sedang tidak baik-baik saja itu tidak masalah. Saya cukup sering melakukannya. Saya baru bisa melanjutkan langkah lagi setelah puas bersikap sedang tidak baik-baik pada apa yang saya alami.
Yang terpenting adalah momen setelah semuanya terluapkan. Jangan berhenti melanjutkan perjalanan. Saya bahkan tidak tahu secara persis mana kiranya cara yang bisa mengantar saya ke pekerjaan yang baru. Pokoknya coba semua yang saya bisa. Karena doa saja tidak akan menyelematkan tanpa ada usaha yang signifikan.
Begitu akhirnya ada satu jalan yang mengantarkan saya ke pekerjaan baru, rasa lega yang saya dapat. Andaikan tidak mencoba berbagai kombinasi usaha tersebut, mungkin jalan ini tidak akan terbuka.
●●●
Penutup
Tidak ada yang saya sesali dari berbagai kejadian yang saya alami dalam waktu dekat ini. Baik buruknya saya terima. Kesedihan dan kekecewaan yang saya alami, saya yakin, suatu saat akan bisa melindungi dan menguatkan saya ketika ujian lainnya datang.
⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼⎼
Pindah nandi bob?
ReplyDeleteIsih Jogja gus, beda tempat saja.
Delete