Kita dan Peran

manusia dan porsinya, manusia dan perannya, masbobzdotcom
Original image: unsplash.com


Pernahkah terpikir, bagaimana kalau semua orang dilahirkan sama, dengan bentuk perawakan dan nasib yang sama pula?

Bagaimana jadinya jika kita hidup di dunia yang seperti itu?

Semua orang punya tubuh dan tampang rupawan, diikuti dengan berbagai kemewahan yang melekat pada dirinya karena memang terlahir seperti itu. Karena belum pernah merasakan sendiri, mungkin yang muncul di benak kita adalah jika hal tersebut benar terjadi, maka yang ada hanyalah kebahagiaan yang sesungguhnya dunia.

Tapi benarkah?

Mari ambil contoh sederhana. Apa yang anda rasakan ketika harus menjalani rutinitas yang sama setiap harinya entah itu di tempat kerja, atau di rumah sekalipun? Pasti lama kelamaan rasa jenuh yang muncul. Karena itulah, sesekali melepas penat dengan bersantai sangat diperlukan. Kita tidak bisa hidup dengan kondisi monoton secara terus menerus. Perlu waktu jeda, entah untuk kembali ke rutinitas semula, atau sekalian pindah ke rutinitas yang lain.

Bayangkan hal itu terjadi pada skala yang lebih besar. Terjadi pada tidak hanya rutinitas yang kita jalani, tapi juga pada semua orang yang kita jumpai yang memiliki bentuk dan rutinitas yang sama. Semuanya.

Menghadapi rutinitas yang sama saja kita sudah cukup jenuh, apalagi jika semuanya benar-benar dibuat sama.

●●●

Contoh yang akan saya ambil berikut ini mungkin akan terkesan kekanakan, tapi saya yakin jika kita coba memikirkannya lagi, mungkin kita akan melakukan hal yang sama dengan tokoh satu ini.

"Squidward Tentacle"

Ya, Squidward yang diapit oleh dua tetangga yang super ribut itu, satunya sebuah spons dan satunya lagi bintang laut. Pada sebuah episode di serial televisinya, Squidward diceritakan mencapai puncak kemarahannya karena tidak pernah bisa hidup dengan tenang ketika di rumah karena ulah kedua tetangganya.

Akhirnya dia memutuskan untuk pindah ke sebuah kompleks elit yang semua penduduknya adalah makhluk sejenisnya dan tinggal di rumah dengan bentuk yang sama. Lebih jauh lagi, bahkan semua penduduknya menjalankan aktivitas yang sama setiap harinya. Dan tentu saja, memainkan klarinet adalah salah satunya.

Squidward merasa menemukan surga dunianya. Pindahlah dia ke sana. Beberapa hari tinggal di sana, hanya rasa gembira yang dia rasakan. Beberapa minggu dijalani, rasa bosan mulai datang. Beberapa bulan kemudian, akhirnya dia benar-benar jenuh sampai tidak tertarik lagi memainkan klarinet.

Singkat cerita apa yang terjadi? Dia kabur dari kompleks elit tersebut dengan cara membuat dirinya terusir lewat tingkah-tingkah ajaib yang biasanya hanya dilakukan oleh Spongebob dan Patrick, ya dua tetangganya yang tukang ribut itu. Squidward merindukan keanehan mereka berdua.

●●●

Apa poin dari cerita tersebut? Walaupun hanya cerita fiksi, tapi entah kenapa saya merasakan kalau hal tersebut benar ada di dunia nyata, ceritanya tidak akan jauh berbeda. Pada sebuah titik dalam kehidupan, kita akan sadar kalau kita membutuhkan peran orang lain di kehidupan kita, se-mandiri atau se-individualis apa pun kita.

Tidak akan ada orang yang ceria, jika tidak ada orang yang sedih hatinya untuk bisa terhibur dengan candaannya.

Tidak akan ada orang yang berjualan aksesoris kendaraan, jika tidak ada orang yang hobi memodifikasi kendaraannya.

Tidak akan ada orang yang membuka bengkel, jika tidak ada orang yang memiliki kendaraan untuk diperbaiki.

Tidak akan ada orang yang berjualan mainan dengan harga jutaan, jika tidak ada orang yang mengidolakan tokoh fiksi di film atau komik dan rela mengeluarkan banyak uang untuk membeli mainan dari tokoh yang dia idolakan.

Tidak akan ada orang yang menulis dan membuat buku, jika tidak ada orang yang mau belajar dan mendapatkan ilmu.

Tidak akan ada dokter dan obatnya, jika tidak ada orang yang sedang sakit dan ingin lekas mendapatkan kesembuhan.

Tidak akan ada orang tua yang siap berbagi pengalamannya, jika tidak ada anak muda yang penuh rasa bimbang dan butuh masukan untuk dirinya.

Dan masih banyak lagi, dan masih banyak lagi.


manusia dan perannya, manusia dan porsinya, manusia dan sesamanya, masbobzdotcom
Original image: unsplash.com


Pada waktunya, kita akan membutuhkan peran dari orang lain. Sekecil apa pun itu. Saya yakin tiap orang punya perannya masing-masing di dunia ini. Peran yang bertugas untuk membukakan jalan rejeki bagi orang lain. Peran yang bertugas untuk memberikan pengaruh baik pada lingkungan sekitarnya. Peran yang bertugas untuk mengingatkan orang lain agar jangan meniru sifat buruknya.

Jangan merasa kecil dengan peran yang kita punya saat ini. Yakinlah bahwa jika tidak ada peran dari kita, maka ada peran orang lain yang akan hilang. Dan jangan juga merasa jumawa dengan peran yang kita punya saat ini. Yakinlah bahwa jika tidak ada peran dari orang di sekitar, peran yang kita punya saat ini mungkin tidak pernah ada.

●●●

Jika diingat lagi, saya sering mengalami masa perubahan peran di banyak kesempatan. Sejak sekolah bahkan sampai bekerja, menjalani peran hanya sebagai "pelengkap", hingga peran krusial di sebuah tim, semuanya pernah saya alami. Dan saya bersyukur pernah merasakan kedua sisi peran tersebut di usia yang relatif muda.

Kenapa saya bersyukur? Karena saya bisa membagikan pengalaman saya saat menjalaninya kepada banyak orang lebih cepat.

Saya pernah menjalani peran sebagai tukang ketik di sebuah kelompok tugas mata pelajaran saat sekolah. Saya pernah menjalani peran sebagai orang yang mempercantik tampilan slide powerpoint dari tugas sekolah.

Pada jamannya, peran-peran tersebut bisa disebut peran pelengkap. Karena peran yang dianggap mentereng adalah tentunya yang bisa menjawab tugas-tugas yang diberikan dari guru mata pelajaran, daripada hanya sekedar mendokumentasikan jawaban tersebut dalam bentuk dokumen tertulis maupun slide powerpoint.

Sempat merasa akan sulit punya kesempatan memberikan kontribusi lebih ketika tergabung dalam sebuah kelompok tugas atau tim, kesempatan itu akhirnya saya dapatkan saat masuk dunia kerja.

Singkat cerita saya diberikan kesempatan mencoba berbagai peran dari mulai programmer yang menerima tugas dari techincal leader, sampai menjalani peran sebagai technical leader itu sendiri.

●●●

Apa yang bisa saya simpulkan dari berbagai perubahan peran yang saya rasakan tersebut?

Sejujurnya, saya merasa yang berubah adalah jenis tanggung jawabnya saja, karena sisanya kita tetap harus berkontribusi sebaik mungkin sesuai dengan tanggung jawab kita dalam tim atau kelompok tersebut.

Tugas kelompok saat sekolah mungkin tidak akan bisa dikumpulkan jika tidak ada koordinasi antara orang yang menemukan jawaban dari tugas dan tukang ketik maupun tukang desain slide powerpoint.

Proyek di perusahaan mungkin tidak akan rampung jika tidak ada koordinasi yang pas antara programmer sebagai eksekutor di lapangan dengan technical leader yang mendelegasikan tugas dan memimpin tim tersebut.

Kita semua memiliki peran. Seberapa kecil maupun besar peran tersebut dari sudut pandang kita sendiri maupun orang lain. Tinggal bagaimana cara kita menyikapi peran yang diberikan. Apakah kita sikapi dengan cara mengeluh, atau melakukan yang terbaik yang kita bisa? Karena intinya kita tetap harus menjalankan peran tersebut, kenapa tidak memilih untuk melakukan yang terbaik saja?

Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang bisa bermanfaat bagi sesamanya? 😄


●●●


Baca juga artikel serupa:



Comments