Dialog Imajiner : Mengambil Pelajaran dari Kemacetan

hikmah kemacetan, pelajaran dari kemacetan, masbobz, masbobz.com
Sumber: unsplash.com


Saya punya kebiasaan, yang mungkin akan terdengar aneh: berdialog dengan pikiran saya sendiri ketika naik motor.

Banyak hal yang terasa aneh, lucu, bagus ketika melihatnya di tengah mengendarai motor, dan dengan sukarela saya komentari untuk selanjutnya terjadilah diskusi dengan pikiran sendiri. Hal-hal sepele seperti salah penulisan kata dalam bahasa inggris yang terpasang di spanduk, tulisan di bagian belakang truk yang selalu menggelitik, adalah sebagian contohnya.

Entah kenapa dialog imajiner ini bisa terjadi. Mungkin karena motor Revo generasi pertama yang sudah setia menemani saya sejak SMA hingga bekerja, mulai menunjukkan magis-nya. Bisa saja 😄

Belakangan ini, saya melakukan dialog imajiner lagi untuk mengomentari hal yang lumrah ditemui di kota-kota besar: kemacetan.

●●●

Sudah dua tahun lebih memilih untuk berdomisili di Yogyakarta, yang pada jamannya pernah terkenal sebagai kota yang nyaman untuk ditinggali, membuat saya berpikir sepertinya predikat kota yang nyaman tersebut perlu direvisi. 

Karena area kota Yogyakarta sudah padat sekali saat ini dengan berbagai tempat-tempat usaha yang dimiliki oleh penduduk asli maupun para pendatang. Belum lagi ditambah orang-orang seperti saya yang memutuskan untuk bekerja dan berdomisili di Yogyakarta, yang semakin menambah tingkat kepadatan di kota ini.

Lalu sekilas ada teori yang saya ciptakan ketika sedang menaiki motor dan memperhatikan kemacetan di kota ini. Jadi semua sumber kemacetan ini pada dasarnya adalah karena semua orang sedang memenuhi kebutuhan utamanya, yaitu untuk bertahan hidup.

Berangkat dari ide dasar tersebut, saya memulai diskusi dengan pikiran saya sendiri untuk mengembangkan keterkaitan antara kemacetan dan kebutuhan bertahan hidup.

Sumber: unsplash.com

Bertahan hidup yang saya maksud adalah mulai dari usaha untuk mencukupi kebutuhan utama saja (makan dan minum), sampai dengan mencukupi kebutuhan sampingannya (hiburan dan masa depan). 

Bagaimana setiap orang melakukannya? Tentunya dengan cara bekerja.  
Bagaimana caranya seseorang bisa bekerja? Dengan ikut ke orang yang mau memberi upah atau bekerja untuk diri sendiri sebagai pengusaha. 

Dimana tempat orang yang mau memberi upah supaya kita bisa bekerja? Di banyak tempat, perkantoran, warung makan, dll. 

Bagaimana caranya bekerja untuk diri sendiri sebagai pengusaha? Banyak cara, berdagang bakso menggunakan gerobak, atau beli tanah lalu bangun kafe diatas tanah tersebut. 

Menarik, selain dampak positif bisa mendapatkan penghasilan dengan bekerja, apakah ada dampak negatifnya?
Tentu ada, ketika tempat anda bekerja atau membuka usaha sudah dikenal, banyak orang pasti akan mengunjungi tempat tersebut untuk menjalankan bisnis yang selanjutnya membuat orang-orang yang terlibat bisa bertahan hidup (dengan beli makan dan membayar, dan pemilik tempat makan menerima upahnya untuk bisa dia gunakan makan).

Kenapa itu bisa disebut dampak buruk ketika banyak orang yang mengunjungi tempat kita bekerja/membuka usaha? Lihat semua hiruk pikuk di jalanan dan kemacetan ini.

●●●

Ketemulah keterkaitan antara kemacetan dan kebutuhan dasar manusia untuk bertahan hidup. Dari dialog imajiner sederhana tersebut, saya jadi merasa lebih memahami apa yang sebenarnya terjadi pada kemacetan dan semua kesibukan yang orang-orang lakukan di sepanjang hari. 

Dan sekaligus mendapat sebuah fakta bahwa sesungguhnya, kita dengan orang-orang lainnya tidaklah beda, hanya sedang berusaha memenuhi kebutuhan saja. Lalu kenapa banyak diantara kita yang masih merasa lebih digdaya dari yang lainnya? Kalau pada dasarnya yang kita lakukan adalah sama, tapi hanya dengan cara yang berbeda.

Comments

  1. Terima kasih sudah share jawaban di pertanyaan Quora saya, salam sukses selalu buat Anda. My-ID.site

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama, dan salam sukses juga buat anda, gan

      Delete

Post a Comment