Aplikasi hanya Alat Bantu, Asah Dirimu Dulu

Aplikasi hanya Alat Bantu, Asah Dirimu Dulu, menempa diri, mengasah diri, aplikasi bukan segalanya, aplikasi sebagai alat bantu, masbobz, masbobz.com
Aplikasi hanya Alat Bantu, Asah Dirimu Dulu | sumber gambar : Google


Gambar di atas adalah salah satu adegan favorit saya dari seluruh film Marvel Cinematic Universe (MCU). Gambar itu adalah cuplikan dari film Iron Man (2008), saat Tony Stark menciptakan Mark 1 (cikal bakal dari kostum Iron Man).

Sedikit aneh mungkin ya, judul tulisan saya apa, pembukaan tulisan saya membahas apa.

Tapi saya coba kaitkan judul yang sudah saya buat, dengan perumpamaan dari cuplikan adegan film Iron Man tersebut.

● ● ●

Kemajuan teknologi saat ini, turut berdampak pada cara kita bekerja sehari-hari. Dulu, jika kita ingin mengerjakan sebuah dokumen tertulis, rasanya meng-install Microsoft Word di komputer sudah jadi keharusan. Itu beberapa tahun lalu. Saat ini, sudah begitu banyak aplikasi alternatif untuk menjadi pesaing Microsoft Word, dan GRATIS.

Sebutlah, Libre Office, Google Docs, dan masih banyak lagi. Google Docs bahkan tidak memerlukan instalasi sama sekali di komputer/laptop. Cukup buka URL nya lewat browser, maka fitur-fitur yang biasa kita temukan di Microsoft Word sudah bisa kita dapatkan.

Contoh lain, aplikasi untuk pembuatan user interface (UI) website/aplikasi. Dulu, banyak orang masih menggunakan Adobe Photoshop atau Dreamweaver, untuk merancang UI. Pada jamannya, aplikasi tersebut, sangatlah membantu.

Sekarang, banyak aplikasi baru dengan fitur yang sudah sangat dioptimalkan untuk pembuatan UI. Bahkan kita bisa membuat tampilan interaktifnya juga. Sebut saja, Adobe XD, dan Figma. Dua aplikasi ini bisa digunakan secara GRATIS pula.

Poin yang ingin saya bahas adalah, jaman akan terus bergerak maju. Perubahan demi perubahan pasti akan terjadi. Baik yang berdampak langsung ke kehidupan kita maupun tidak. Apalagi bagi seorang pekerja di industri IT, perubahan yang terjadi sangatlah cepat. Baru bulan lalu mempelajari menggunakan aplikasi ini, bulan depan sudah ada aplikasi lain dengan fitur yang lebih canggih.

Jika tiap kali ada aplikasi baru yang muncul, dan saat itu juga kita beralih menggunakannya, maka kita akan terasa seperti hamster yang berlari di dalam roda. Tidak pernah ada ujungnya.

Sekilas tampak kita responsif dengan perubahan yang ada, tapi apakah itu efektif? Belum tentu. Mungkin justru kita jadi orang dengan pemahaman yang setengah-setengah. Karena belum rampung menyelesaikan proses belajar kita yang sebelumnya, kita sudah berganti mempelajari yang lain. Dan bisa jadi, rasa capek dan stres justru yang datang karena harus terus menerus mengikuti perubahan tersebut.

Saya tidak mengatakan bahwa terus mempelajari hal baru itu buruk. Tapi alangkah baiknya jika kita punya alasan yang kuat kenapa harus melakukannya. Karena kembali lagi, aplikasi-aplikasi itu hanyalah alat bantu yang dapat memudahkan pekerjaan utama kita.

Jika kita tidak memiliki pemahaman dan skill dasar yang baik dari pekerjaan kita, maka aplikasi-aplikasi itu pun tidak akan bisa menjadi alat bantu yang mumpuni sebagaimana mestinya.

Jika kita adalah seorang editor artikel, buku, atau karya tulis lainnya, maka pemahaman dasar seperti pengaturan spasi, jarak antar karakter, ketelitian untuk menemukan kesalahan penulisan, dan pemahaman dasar lainnya mengenai pekerjaan seorang editor, adalah hal yang wajib kita miliki terlebih dahulu. Pemahaman dasar itu kita miliki, maka kita tinggal mempelajari aplikasi yang bisa digunakan untuk membantu pekerjaan dan sesuai kebutuhan.

Jika kita seorang User Interface (UI) Designer, pemahaman dasar seperti jarak antar item, pemilihan warna, ukuran font, layout dari sebuah halaman website atau aplikasi wajib kita miliki terlebih dahulu. Pemahaman itu bisa kita miliki, maka aplikasi yang kita butuhkan tinggal dipelajari.

● ● ●

Sama halnya dengan Tony Stark. Entah kenapa saya yakin, jika dia tidak punya skill dan pemahaman dasar mengenai elektronika, fisika, kimia, maka dia akan tewas di dalam gua sebagai tawanan, dan tidak akan pernah menjadi sosok pahlawan yang dikagumi.

Tony Stark berhasil menggunakan alat bantu yang seadanya di dalam gua, untuk membuat prototype beserta sumber energinya, dari baju perang Iron Man yang dia sempurnakan di kemudian hari.

Dia bisa melakukan hal menakjubkan, bahkan dengan kondisi yang tidak menguntungkan. 

Di film yang sama, sang tokoh antagonis yang juga rekan kerja Tony Stark, Obadiah Stane, memaksa para ilmuwan untuk menciptakan prototype yang sama, dengan alat bantu di sebuah lab yang luar biasa canggihnya.

Dan hasilnya, para ilmuwan itu kewalahan dan tidak berhasil memaksimalkan alat bantu yang mereka punya, untuk menyelesaikan pekerjaan yang sama. Stane bahkan harus mencuri sumber tenaga yang sudah dibuat oleh Tony untuk menyelesaikan pekerjaannya yang berantakan.

● ● ●

Sangat bertolak belakang bukan, proses dan hasil antara kedua perbandingan cerita dari film Iron Man tersebut. Skill dan pemahaman yang mumpuni, berhasil memaksimalkan alat bantu yang seadanya. Skill dan pemahaman yang seadanya, gagal memaksimalkan alat bantu yang mumpuni.

Itulah kenapa sangat penting untuk memiliki skill dan pemahaman terlebih dahulu dari sebuah pekerjaan. Saya tahu, Iron Man hanyalah cerita fiksi. Tapi, kasus serupa pun sudah sering terjadi juga di kehidupan nyata.

Asah kemampuan diri terlebih dahulu, maka aplikasi akan membantu.


Comments