Unggah-ungguhnya Orang Jawa + Open Minded-nya Bule = ?

masbobz, open minded, unggah ungguh, self improvement, pengembangan diri
Sumber dari unsplash.com


Minggu lalu saya mudik ke Rembang menaiki travel (untuk kesekian kalinya, karena jalur bus Jogja-Semarang-Rembang masih belum jelas untuk saat ini). Di tengah perjalanan, tiba-tiba terlintas begitu saja pemikiran ini :

Bagaimana jadinya ya kalau kita bisa memadukan sikap unggah-ungguh khas orang Jawa, dengan sikap blak-blakan khas para Bule di kehidupan sehari-hari?

Bagi yang masih awam dengan istilah unggah-ungguh, itu adalah istilah dalam bahasa Jawa yang jika diartikan (menurut pemahaman saya) intinya adalah bagaimana cara kita bersikap menghargai orang lain yang lebih tua/berpengalaman. Sehingga kita menempatkan diri sebagai orang yang lebih muda dan butuh bimbingan, yang membuat kita bersikap serta bertutur kata sopan kepada mereka.

Hal ini pada prakteknya di kehidupan sehari-hari, sudah terbukti membuat masyarakat Jawa terkenal dengan keramahannya karena satu sama lain saling menghargai, yang lebih muda memuliakan yang lebih tua, yang lebih tua membimbing yang lebih muda.

Namun, menurut saya pribadi, sikap unggah-ungguh tersebut pun terkadang bisa jadi dinding pembatas bagi kita, terutama untuk bisa menyuarakan pendapat. Karena ada kesan yang secara tidak langsung menyatakan bahwa yang lebih muda tidak boleh "menantang" ide mereka yang lebih tua/berpengalaman.

Dan jika ditarik jauh kedepan, kebiasaan ini tentunya bisa menghambat perkembangan kita sebagai seorang individu. Karena bisa saja pemikiran yang sejak lama kita pendam, karena ada perasaan sungkan atau tidak enak untuk menyuarakannya, adalah yang sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam lingkungan kita berada.

~~~

Saya mendapatkan pengalaman untuk bekerja di sebuah perusahaan, dan tergabung dalam sebuah tim yang didalamnya beranggotakan orang-orang dari berbagai wilayah di Indonesia, dan ada bule juga didalam tim tersebut. Sekilas akan timbul kesan "Bisa tidak ya membuat tim tersebut kompak dengan berbagai latar belakang orang yang tergabung didalamnya?".

Pada prakteknya, tim tempat saya tergabung tersebut bisa menjadi tim yang dikenal kompak di kalangan teman-teman kantor yang lain, dan juga berhasil merampungkan banyak proyek dalam waktu yang relatif singkat.

Rahasianya adalah, karena ada kombinasi yang pas antara budaya unggah-ungguh, dengan keterbukaan dalam menyampaikan dan menerima pendapat. Tidak ada yang merasa direndahkan ketika seseorang mengungkapkan idenya di forum, karena semua sadar itu demi tujuan bersama. Menurut pandangan saya, keberadaan sosok bule dalam tim, juga menjadi salah satu kunci untuk menciptakan kekompakan tersebut.

Sekedar informasi, beliau adalah sosok yang sangat berpangalaman di bidang IT jika melihat riwayat pendidikan dan pekerjaannya di berbagai perusahaan di belahan dunia. Selain itu, ternyata beliau pun sudah lama tinggal di Indonesia, khususnya Jogja. Jadi tidak heran kalau saya katakan, beliau adalah contoh nyata dari judul tulisan saya kali ini. Sosok yang berhasil menggabungkan budaya unggah-ungguh khas Jawa, tapi tetap bisa mempertahankan sifat keterbukaannya terhadap berbagai macam ide dan masukan. Beliau berhasil menularkan kombinasi apik tersebut yang berdampak signifikan kepada atmosfer tim.

~~~

Saya berandai-andai, jika kombinasi apik antara unggah-ungguh dan open-minded ini bisa diterapkan juga tidak hanya di lingkungan kerja, tapi juga dalam bermasyarakat. Rasanya perselisihan yang belakangan ini sering terjadi karena satu sama lain tidak bisa saling terbuka bahwa perbedaan pendapat itu wajar, akan semakin menipis dan menipis.

Saya dan rekan-rekan satu tim di tempat kerja sudah mengalami sendiri hal tersebut, dan dampaknya sangat baik terhadap perkembangan kami sebagai seorang individu maupun tim. Kami bisa terus terbuka terhadap berbagai macam kritik dan masukan yang datang, untuk bisa terus belajar memperbaiki kekurangan kami dan menjadi sosok yang lebih baik dan bermanfaat bagi orang di sekitar kami.

Comments

  1. Kadang sering kali terjadi salah persepsi soal unggah-ungguh ini. Barangkali beda budaya sehingga komunikasi yang baik sangat diperlukan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul. Harus bisa menentukan timing yang tepat kapan harus bersikap menghormati, dan kapan harus berani menyuarakan pendapat.

      Delete
  2. wong jowo kuwi keakehan opo perkewuh... terlalu banyak perkewuh juga ga bagus... tapi kadang nduwe tepo slira...jadi lebih menghargai orang lain ...
    tapi tetep sebagai orang jawa, kudu nduwe unggah ungguh.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sejujurnya kebiasaan orang Jawa yg seperti agan sebutkan diatas adalah kebiasaan yg baik. Hanya perlu penyesuaian saja tergantung kondisi yg dibutuhkan.

      Delete

Post a Comment