Setan Merah Kembali Bergairah

manchester, manchester united, man united, MU, Ole, Ole Gunnar Solskjaer, Solskjaer, Pogba, Paul Pogba, Liga Inggris, EPL, English Premier League, masbobz, masbobzdotcom
Sumber dari Google & Goal.com


Rabu, 19 Desember 2018, notifikasi aplikasi Line di smartphone saya berbunyi. Itu notifikasi dari akun resmi Manchester United yang saya ikuti di LINE. Isi pesannya tertulis:

We can confirm that Ole Gunnar Solskjaer has been appointed as caretaker manager until the end of the 2018/2019 season. 
He will be joined by Mike Phelan as first-team coach, together with Michael Carrick and Kieran McKenna.

Berita itu datang sehari setelah Jose Mourinho diberhentikan oleh Manchester United, karena serentetan performa inkonsisten sejak awal musim.

Begitu membaca nama Ole (saya sebut Ole saja biar gampang) yang akan mengisi posisi manajer sementara di MU, ingatan langsung terbang ke momen dramatis final Liga Champions tahun 1999.

Dramatis karena, hingga menit 90 waktu normal, MU masih tertinggal 1-0 dari Bayern Munich. Sedangkan waktu tambahan hanya diberikan selama 3 menit. Gelar juara hampir pasti akan dibawa pulang oleh Bayern Munich.

Saat itu Ole masuk di 10 menit akhir pertandingan babak kedua, menggantikan Andy Cole sebagai pemain pengganti, sesuai julukannya yaitu super-sub. Keajaiban mulai berdatangan setelahnya. Di masa injury time, MU mendapatkan peluang dari sepak pojok. Beckham yang sedang berada di era emasnya, mengeksekusi sepak pojok tersebut, sepakannya menimbulkan kemelut di depan gawang Bayern Munich, yang berakhir dengan sepakan Sheringham tanpa bisa diselamatkan oleh Oliver Kahn. GOL !!! Kedudukan imbang 1-1 !!!

Belum selesai sampai di situ. Takdir untuk meraih treble winners (tiga gelar juara dalam satu musim kompetisi) memang mengarah ke kubu MU. Masa injury time yang hanya menyisakan 1-2 menit, melahirkan keajaiban lainnya.

Kesempatan sepak pojok lainnya kembali didapatkan MU. Beckham sudah berada di posisinya di pojok lapangan untuk menyepak bola. Sheringham, Ole, dan sejumlah pemain MU lainnya sudah berada di depan gawang Bayern Munich untuk menyambut umpan.

Melesat lah bola sepakan Beckham dari pojok lapangan, berhasil didapatkan oleh Sheringham yang segera menendangnya ke arah gawang, bola yang sudah mengarah ke gawang berhasil dibelokkan arahnya oleh Ole dan membuat Oliver Kahn beserta para pemain bertahan Bayern Munich lainnya mati langkah. GOL !!! Keajaiban terwujud, skor berbalik 1-2 untuk MU !!!

Tak lama kemudian peluit akhir pertandingan dibunyikan, Gelar Liga Champions musim itu berhasil direbut oleh MU !!!

--------------------------------------------------------------------------------------------------

Penggalan cerita yang sekilas seperti dongeng di atas, saya yakin hampir semua fans MU sudah mengetahuinya. Saya tidak menyaksikan pertandingan itu secara langsung, saya baru benar-benar mengikuti berita sepak bola dan menjadi fans MU sekitar tahun 2007 saat masih SMP. Saya bisa menceritakan momen final Liga Champion 1999 itu setelah melihat video pertandingannya dan membaca artikel-artikel yang membahasnya.

Kembali ke urusan penunjukan Ole sebagai manajer sementara MU. Harus diakui, sejak awal musim 2018-2019 dimulai, aura tim MU benar-benar tidak baik menurut saya. Banyak kabar miring yang datang bergantian hampir tiap hari kepada tim ini, perselisihan antara Pogba dan Mourinho, dan kabar kurang harmonisnya hubungan antara Mourinho dan jajaran direksi MU adalah contoh-contoh yang bisa diambil.

Secara keseluruhan, saya tetap menaruh hormat kepada Mourinho. Dia orang yang berhasil mengangkat prestasi MU lagi sejak era Sir Alex berakhir. Sejumlah trofi yang diraih di tahun pertama, dan perbaikan performa di liga pada musim keduanya adalah tolak ukurnya.

Tapi, performa tim yang tak kunjung membaik sejak awal musim ini, selalu mengandalkan strategi defensif di hampir setiap pertandingan, dan puncaknya terjadi pada pertandingan lawan Liverpool saat lini pertahanan MU harus menerima 30 lebih tendangan ke gawang yang berujung pada kekalahan 3-1. Selesai lah karir Mourinho di MU setelah pertandingan tersebut.

Dan kemudian kabar itu datang, kabar bahwa Ole akan mengisi posisi manajer hingga akhir musim. Sejujurnya saya agak ragu di awal, apakah dengan mengganti manajer akan berdampak signifikan juga terhadap performa tim di lapangan. Karena menurut saya permasalahan bukan cuma di urusan manajer dan taktik bermainnya saja, tapi sudah sampai ke jajaran direksi yang kurang bisa melihat proses yang dibangun oleh seorang pelatih.

Daripada dihantui rasa penasaran, nonton lah saya pertandingan pertama Ole sebagai manajer lewat televisi. Saat itu MU harus bertandang ke markas Cardiff City. Setelah melihat susunan 11 pemain yang akan menjadi starter, saya langsung mencium aroma positif. Pemain seperti Pogba, Rashford, dan Martial, yang sebelumnya terlihat bermain tak cukup bagus di bawah Mourinho bahkan Pogba dengan label pembelian termahal MU pun sempat dicadangkan, langsung mendapatkan tempatnya kembali di bawah Ole.

Sejak menit pertama pertandingan, perubahan taktik langsung terasa. Jarak antar pemain sangat dekat, sehingga umpan-umpan pendek lebih sering dilakukan, sebelumnya (saat Mourinho masih melatih) jarak antar pemain cukup jauh dan yang terjadi adalah umpan jauh langsung ke depan yang mudah dihentikan oleh lawan.

Dampaknya adalah dengan penerapan taktik baru tersebut, persentase penguasaan bola jadi lebih tinggi dan peluang untuk menciptakan gol lebih banyak tercipta. Dan terbukti di pertandingan itu, skor akhir adalah 1-5 untuk kemenangan MU.

Selain perubahan taktik yang berdampak positif pada kemenangan yang terus datang, aura di tim ini kembali membaik. Hubungan antara pemain dan pelatih terlihat lebih cair layaknya seorang teman bukan atasan dan bawahan, determinasi para pemain di lapangan juga kembali seperti saat MU masih dilatih oleh Sir Alex.

Saya merasa, hal-hal positif yang dibawa Ole tersebut bisa terjadi karena dia adalah salah satu pemain andalan di era Sir Alex yang sudah paham seluk beluk tim ini, mulai dari taktik menyerang yang diusung, determinasi tinggi diatas lapangan, dan mengorbitkan pemain asli akademi ke tim utama. Istilahnya, Ole meneruskan warisan yang sudah diberikan Sir Alex kepada tim ini, tim yang dia bangun selama 27 tahun masa baktinya, dengan kisah jatuh bangun di awal, dan berhasil menjadi tim tersukses di Liga Inggris dengan total 20 gelar nya.

Selain itu, saya yakin seluruh skuad MU sudah paham siapa sosok Ole. Salah satu pemain yang dihormati dengan statusnya sebagai salah satu legenda di klub, dan ditambah lagi dengan kisah heroiknya pada final Liga Champions 1999. Saya yakin seluruh skuad akan menaruh hormat padanya, dan Ole bisa memaksimalkan potensi yang ada pada tim.

Ole telah mengembalikan MU menjadi seharusnya siapa mereka, tim yang disegani dengan taktik menyerang dan determinasinya di lapangan, tim yang disegani karena sejarah besarnya.

Jika performa tim saat ini bisa bertahan sampai akhir musim, saya yakin tim ini akan bisa berbicara banyak di sisa kompetisi yang masih berjalan. Dan bukan tidak mungkin, MU tidak perlu repot untuk mencari manajer tetap, karena Ole bisa jadi kandidat kuat untuk posisi tersebut jika dia bisa mempertahankan performa dan aura positif di dalam tim.

Comments

  1. Wah keren ni artikelnya om,,,kebetulan saya fansnya MU ni,,,lanjutkan om...www.nyampling .com

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, senang rasanya bisa mengetahui ada yg mengapresiasi tulisan saya. GGMU

      Saya mampir ke blognya juga ya

      Delete

Post a Comment