Kreativitas Lahir dari Keterbatasan

kreativitas, creativity, break your limit, beyond limit, masbobz.com
Sumber dari unsplash.com

Ada anggapan bahwa kreativitas akan muncul ketika seseorang diberikan kebebasan dalam mengerjakan sebuah karya.

Saya justru tipe orang yang bertolak belakang dengan anggapan tersebut. Merasa kehilangan arah ketika diberikan kebebasan dalam mengerjakan sebuah pekerjaan, yang berakhir pada kebingungan mengeksekusi ide yang mana karena begitu banyaknya yang muncul.

Pada prakteknya, saya selalu memberikan batasan terhadap pekerjaan, misalnya dengan cara bertanya secara langsung kepada klien apakah ada permintaan khusus dari-nya seperti tidak diperbolehkan menggunakan tools tertentu, harus menggunakan warna tertentu, menggunakan bentuk persegi sebagai elemen dasar di desain, dan sebagainya.

Alasan kenapa saya lebih memilih menentukan batasan ketika melakukan sebuah pekerjaan adalah supaya pekerjaan menjadi lebih efisien, mengurangi kesalahan yang mungkin terjadi, hasil sesuai dengan harapan klien, karena semuanya sudah ditentukan dan disepakati di awal.


Contoh sepele dari keterbatasan yang memicu kreativitas pernah saya temui beberapa kali:
Pernah menjumpai ember kecil yang dilubangi untuk dijadikan sebagai pancuran air wudhu?
Menurut saya itu adalah contoh dari keterbatasan yang memicu kreativitas.

Mungkin batasan yang dihadapi oleh si pencetus dan eksekutor ide ini ketika pertama kali melakukannya adalah: di kamar mandi hanya terdapat satu kran air yang di bawahnya langsung mengarah ke bak mandi, jika digunakan untuk wudhu akan sulit di tahap membasuh kedua kaki.

Jarak dengan toko material yang jauh untuk membeli selang air membuatnya malas. Akhirnya melihat lah dia ke sekitar dan menemukan sebuah ember yang tidak digunakan. Dilubangi lah ember itu di bagian bawah, di-isinya dengan air dari bak mandi, mengalir lah air dari lubang pancuran ember tadi, dan dia tetap bisa wudhu dengan mudah tanpa keluar biaya tambahan.

Itu hanya salah satu contoh. Saya sendiri baru saja mengalami hal serupa : menjumpai batasan, ketika membuat blog ini.

Cerita di balik layar pembuatan blog ini adalah, sebelum saya menggunakan platform Blogger, saya sempat menggunakan platform Wordpress.

Wordpress sangat memanjakan kita dengan banyak fitur tambahan yang bisa membuat tampilan blog lebih bagus dengan sedikit sentuhan. Intinya, lebih gampang memoles tampilan blog di Wordpress.

Kendala terjadi ketika saya berniat memasang custom domain ke dalam blog. Di Wordpress untuk bisa memasang custom domain di layanannya, anda harus membeli paket hosting sekaligus di sana. Yang otomatis, perlu menambah biaya lagi.

Setelahnya, saya terpikir "Apa pindah ke Blogger saja ya mumpung konten saya belum banyak?".

Masalahnya di Blogger adalah untuk melakukan proses kustomisasi tampilan, cukup rumit, saya sudah mencobanya dulu di blog saya yang lama, dan sampai sekarang masih sama saja menurut saya.

Tapi karena malas mengeluarkan biaya lebih, dan pertimbangan untuk konfigurasi ke Google Adsense lebih mudah di Blogger, akhirnya saya memutuskan untuk memindahkan blog saya dari Wordpress ke Blogger.

Setelah sukses memindahkan seluruh konten blog, mulai lah saya untuk melakukan kustomisasi tampilan yang simpel dan minimalis dengan fokus utamanya ke konten blog.

Rumit memang untuk melakukannya, karena fitur kustomisasi tampilan tidak begitu banyak di Blogger, seperti misalnya untuk menambahkan link media sosial yang terpasang di sidebar blog, saya perlu membuat sendiri HTML-nya.

Pada akhirnya, tampilan blog bisa saya katakan rampung untuk saat ini, dan saya cukup puas karena dengan banyaknya batasan yang menghalangi, saya tetap bisa membuat tampilan blog yang saya inginkan.

Kesimpulannya:
Batasan bisa menjadi rekan baik untuk menghasilkan pekerjaan yang baik pula. Jangan lari dari nya.

Comments